engembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses
atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
Menurut van den Akker dan Plomp
mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yaitu (1)
pengembangan untuk mendapatkan prototipe produk, (2) perumusan saran-saran
metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut.
Richey and Nelson mendefiniskan
Penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematis terhadap
pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran
yang harus memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas.
Suatu produk atau program
dikatakan valid apabila ia merefleksikan jiwa pengetahuan (state-of-the-art
knowledge). Ini yang kita sebut sebagai validitas isi; sementara itu
komponen-komponen produk tersebut harus konsisten satu sama lain (validitas
konstruk). Selanjutnya suatu produk dikatakan praktikal apabila produk
tersebut menganggap bahwa ia dapat digunakan (usable). Kemudian
suatu produk dikatakan efektif apabila ia memberikan hasil sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan oleh pengembang.
Dalam desain pembelajaran
dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model
desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas,
model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model
melingkar.
Model berorientasi kelas
biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann
suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran,
multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and
peck.
Satu lagi adalah model
beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu
sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu
pelatihan, kurikulum sekiolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu
ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar.
Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh
model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada
ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara
lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan,
selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari
model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Berikut akan diuraikan
model-model pengembangan dari berbagai ahli sebagai berikut:
A.
Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu
model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model
ini Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
Analyze
Learners
States
Objectives
Select
Methods, Media, and Material
Utilize
Media and materials Require
Learner Participation Evaluate
and Revise
- Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005)
jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan
dengan cirri-ciri oelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya,
media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar
untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting
dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum,
keterampilan awal khusus dan gaya belajar
b. Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah
tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau
kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah
dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus
difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
c. Pemilihan Metode, media dan
bahan
Heinich et al. (2005)
menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu
menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan
memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah
terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
d. Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005)
terdapat lima langkah bagi
penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
e. Partisipasi Pelajar di dalam
kelas
Sebelum pelajar dinilai secara
formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
f. Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang
telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran.
Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai
pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media,
kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
B.
Model ADDIE
Ada satu model desain
pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE
(Analysis-Design-Develop-ImplementEvaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu
menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan
yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap
pengembangan yakni :
1. Analysis (analisa)
2. Design (disain / perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation (implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu
proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu
melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu,
output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon
peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis
tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan
istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun
gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa
yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan
pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic).
Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita
pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula
sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan
belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam
sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses
mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam
desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka
multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul
tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain
yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap
ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena
hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita
kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah
nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada
tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa
sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika
memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika
penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau
desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk
melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan
harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap
empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu
dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal,
pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang
sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk
yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
C.
Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah
model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis
keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin &
Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam
setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar
di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck (1988).
Gambar
1 Model Hannafin and Peck
Fase pertama dari model
Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media
pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan
diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian
terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model
Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase
analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan
media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan
untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk
mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan
dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas
pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran
seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase
pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase
pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin
dan Peck adalah fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988)
mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram
alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story
board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu
proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang
dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan
pada fase ini.
Hasil dari proses penilaian dan
pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai
kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian
dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian
yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah
penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan
penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
D. Model Bela H.Banathy
Model pengembangan system
pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah
pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain
ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para
pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta
suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi
guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut
menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan,
sebagai berikut :
- Merumuskan
tujuan (formulate objectives)
- Mengembangkan
tes (develop test)
- Menganalisis
tugas belajara (analyzing learning task)
- Mendesain system
pembelajaran (design system)
- Melaksanakan
kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
- Melakukan
perubahan untuk perbaikan (change to improve)
komponen-komponen/ langkah-langkah
pengemabngan tersebut di uraikan lebih lanjut di bawah ini :
Langkah-langkah pengembangan
desain
Pengembangan desain
pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Langkah 1 : Merumuskan
tujuan
Pada langkah ini pengembang
merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang
diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta
didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Langkah 2 : Mengembangkan
tes
Pada langkah ini dikembangkan
suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta
didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Langkah 3 : Menganalisis
tugas belajar
Pada langkah ini dirumuskan
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai
dan dianalisis. Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat
dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka
tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai
sebelumnya.
Langkah 4 : Mendesain
Sistem Pembelajaran
Pada langkah ini dikembangkan
berbagai alternative dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik
yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga
pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta
didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah
3. desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling
baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan
alternative kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain system
supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembalajaran.
Langkah 5 : Melaksanakan
Kegiatan dan mengetes hasil
System yang sudah di desain
selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes
hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik
merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai supaya dapat
diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
Langkah 6 : pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil
–hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi system
keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system, yang pada gilirannya menjadi
dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan system pemabalajaran.
Kendatipun 6 komponen tersebut
tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system
pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta
pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses
pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti
kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan
kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan
dapat diterapkan dalam system sekolah.
E.
Model Pengembangan Perangkat menurut Kemp
Menurut Kemp (dalam, Trianto,
2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum.
Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus
tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp
memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen
manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan
berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari
tujuan.
Secara umum model pengembangan
model Kemp ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2. Diagram model
pengembangan system
pembelajaran menurut Kemp
Model pengembangan sistem
pembelajaran ini memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Terdapat sepuluh
unsur rencana perancangan pembelajaran. Kesepuluh unsur tersebut adalah:
- Identifikasi
masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi
antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di
lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun
strategi yang digunakan guru.
- Analisis Siswa,
analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik
siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik individu maupun
kelompok.
- Analisis Tugas,
analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu
pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis
prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan
tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam
bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)
- Merumuskan
Indikator, Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain
kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi
hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa dalam belajar.
- Penyusunan
Instrumen Evaluasi, Bertujuan untuk menilai hasil belajar,
kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan,
hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar
yang telah dirumuskan.
- Strategi
Pembelajaran, Pada tahap ini pemilihan strategi belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan
model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang mampu
memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
- Pemilihan media
atau sumber belajar, Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung
pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang dipilih, jika
sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka
dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
- Merinci
pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan
dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan.
- Menyiapkan
evaluasi hasil belajar dan hasil program.
- Melakukan
kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan
pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.
F.
Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey
Perancangan pengajaran menurut
sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick
& Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada
kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen
melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan
dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut. Urutan
perencanaan dan pengembangan ditunjukkan pada gambar 4 berikut:
Gambar 3. Model Perancangan dan
Pengembangan Pengajaran Menurut
Dick & Carey (dalam
Trianto, 2007a: 62)
Dari model di atas dapat
digambarkan sebagai berikut:
- Identifikasi
Tujuan (Identity
Instruyctional Goals). Tahap awal model ini adalah menentukan
apa yang diinginkan agar siswan dapat melakukannya ketika mereka telah
menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin
mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar
tujuan sebagai hasil need assessment, atau
dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas.
- Melakukan
Analisis Instruksional (Conducting
a goal Analysis). Setelah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa.
Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus
lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau
diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan
keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
- Mengidentifikasi
Tingkah Laku Awal/ Karakteristik Siswa (Identity
Entry Behaviours, Characteristic) Ketika melakukan analisis
terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan
prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa
yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting
juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin
ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran
- Merumuskan
Tujuan Kinerja (Write
Performance Objectives) Berdasarkan analisis instruksional dan
pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan
pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran.
- Pengembangan Tes
Acuan Patokan (developing
criterian-referenced test items). Pengembangan Tes Acuan
Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengebangan butir
assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam
tujuan
- Pengembangan
strategi Pengajaran (develop
instructional strategy). Informasi dari lima tahap sebelumnya,
maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional,
penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat
aktivitas.
- Pengembangan
atau Memilih Pengajaran (develop
and select instructional materials). Tahap ini akan digunakan
strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk
untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.
- Merancang dan
Melaksanakan Evaluasi Formatif (design
and conduct formative evaluation). Evaluasi dilakukan untuk
mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana
meningkatkan pengajaran.
- Menulis
Perangkat (design and
conduct summative evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas
dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat
selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di
kelas.
- Revisi
Pengajaran (instructional
revitions). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat
pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari
pakar/validator.
G.
Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan 4-D (Four D)
merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan
oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan
4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Design
(Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran), atau
diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan
Penyebaran seperti pada gambar 5 berikut:
Secara garis besar keempat
tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 – 68).
- Tahap
Pendefinisian (define). Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan
dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5
langkah pokok, yaitu: (a) Analisis ujung depan, (b) Analisis siswa, (c)
Analisis tugas. (d) Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan
pembelajaran.
- Tahap
Perencanaan (Design ). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a)
Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan
antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil
perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum
KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan
media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c)
Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan
dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang
dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
- Tahap
Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar.
Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan
revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran,
dan (c) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b)
dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba
lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
- Tahap penyebaran
(Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang
telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di
sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji
efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
H.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Model pengembangan PPSI
dilakukan untuk rancangan pembelajaran sebagaimana bagan berikut:
Secara garis besar, model
pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus pengembangan yang mencakup: (1)
perumusan tujuan, (2) pengembangan alat evaluasi, (3) kegiatan belajar, (4)
pengembangan program kegiatan, (5) pelaksanaan pengembangan.
Sesuai bagan di atas, perumusan
tujuan menjadi dasar bagi penentuan alat evaluasi pembelajaran dan rumusan
kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar
pengembangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan
pengembangan. Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil
evaluasi digunakan untuk merevisi pengembangan program kegiatan, rumusan
kegiatan belajar, dan alat evaluasi.
Dari ketiga model pengembangan
sistem pembelajaran dan satu model pengembangan perangkat pembelajaran yang
telah dibahas, menunjukkan bahwa keempatnya memiliki beberapa perbedaan, namun
juga memiliki persamaan. Justru dengan adanya perbedaan itu menyebabkan
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persamaan dari keempat model
tersebut antara lain bahwa pada dasarnya ketiganya terdiri atas empat tahap
pengembangan, yaitu: (a) pendefinisian, (b) perancangan, (c) pengembangan dan
(d) penyebaran.
Kelebihan dari model Kemp
antara lain: (a) Diagram pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak
memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas,
(b) Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di
antara unsur-unsur yang terlibat, (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk
dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi
isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Keunggulan model Dick dan Carey
ini terletak pada analisis tugas yang tersusun secara terperinci dan tujuan
pembelajaran khusus secara hirarkis. Disamping itu adanya uji coba yang
berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan.
Kelemahan model ini
adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan
kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan pada
tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada
pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada
tidaknya penilaian pakar (validasi)
Kelebihan dari model 4-D dan
PPSI antara lain: (a) lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran, (b)
uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis, (c) dalam pengembangannya
melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan
perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan
masukan para ahli.
Kekurangan model Kemp bila
dibandingkan dengan model 4-D antara lain: (1) Kedua model
itu merupakan pengembangan sistem pembelajaran, (2)
kedua model itu kurang lengkap dan kurang sistematis, terutama model Kemp dan
(3) kedua model itu tidak melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan
perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.
Namun demikian pada model 4-D
ini juga terdapat kekurangan, salah satunya adalah tidak ada kejelasan mana
yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.
Modifikasi dilakukan antara
lain dengan cara: (a) Memperjelas urutan kegiatan yang semula tidak jelas
urutannya, (b) Mengganti istilah yang memiliki jangkauan lebih luas dan
biasa digunakan oleh guru di lapangan, (c) Menambahkan kegiatan yang dianggap
perlu dalam pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang
akan dilakukan, (d) Mengurangi tahap atau kegiatan yang dianggap tidak perlu.
tempelatenya gelap bg susah liahatnya kalau isinya ane kasih 2 jempol deh
BalasHapusSAKIT MATA SAYA BANG MEMBACANYA KARENA TERLALU GELAP, TETAPI ISINYA SANGAT MEMBANTU BANG, WALAUPUN HARUS SUASAH PAYAH MEMBACANYA TERIMA KASIH BANG.
BalasHapus